11 Review Menarik Vihara Satya Dharma Benoa, Potret Toleransi di Bali

Vihara Satya Dharma di Benoa Bali
Vihara Satya Dharma di Benoa Bali

Vihara Satya Dharma merupakan sebuah tempat ibadah yang sangat unik bagi umat Budha dan warga Khonghucu. Terletak di Pulau Dewata Bali, meskipun mayoritas penduduknya menganut agama Hindu, toleransi di sana sangat terjaga dengan baik. Tempat-tempat ibadah dari berbagai agama dan kepercayaan dapat dengan mudah ditemukan.

Vihara Satya Dharma di Benoa Bali
Vihara Satya Dharma di Benoa Bali

Salah satu contohnya adalah Vihara Satya Dharma yang berlokasi strategis di Kota Denpasar. Alamatnya terletak di Jalan Raya Pelabuhan Benoa No. 108, Desa Pedungan, Denpasar Selatan. Wihara ini berada di tepi jalan utama menuju pelabuhan Benoa, sehingga setiap orang yang melewati daerah ini dapat dengan mudah melihat keindahan desain wihara tersebut.

Vihara Satya Dharma adalah jenis tempat ibadah Tridharma yang unik. Meskipun istilah “Vihara” umumnya dikaitkan dengan umat Budha, Tidak hanya ditujukan bagi umat Budha saja. Sebaliknya, tempat ibadah ini didedikasikan untuk praktik keagamaan Tridharma yang meliputi tiga agama yang berbeda di Bali, yaitu umat Budha, Khonghucu, dan Taoisme. Ini menunjukkan semangat inklusivitas dan kerukunan antaragama yang kuat.

Jika Anda memperhatikan bentuk dan ornamen, Anda akan melihat bahwa ornamennya mengadopsi gaya arsitektur Tionghoa atau berbentuk Klenteng. Desainnya sangat indah dan menarik perhatian. Bahkan, warga yang bukan pengikut Tridharma sering mengunjungi tempat ini untuk mengambil foto-foto yang cantik dan menikmati keindahan wihara tersebut. Oleh karena itu, Vihara Satya Dharma juga menjadi salah satu tujuan wisata yang populer bagi wisatawan yang berkunjung ke Denpasar.

Fasilitas

Vihara Satya Dharma Pelabuhan Benoa menyediakan beberapa fasilitas untuk kenyamanan dan kebutuhan para pengunjung. Meskipun tidak terlalu besar, fasilitas-fasilitas tersebut dapat mendukung pengalaman beribadah dan kunjungan wisatawan. Beberapa fasilitas yang tersedia antara lain:

  1. Tempat Ibadah: Memiliki ruangan yang didedikasikan sebagai tempat ibadah untuk umat Konghucu, Buddha, dan Taoisme. Ruangan ini dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk melaksanakan sembahyang dan peribadatan.
  2. Area Parkir: Menyediakan area parkir yang luas untuk kendaraan pengunjung. Pengunjung dapat dengan mudah memarkir kendaraan pribadi mereka saat mengunjungi vihara.
  3. Area Ruang Terbuka: Di sekitar Vihara Satya Dharma terdapat area ruang terbuka yang digunakan untuk beristirahat atau berkumpul. Pengunjung dapat duduk atau berjalan-jalan di area ini sambil menikmati keindahan vihara dan lingkungan sekitarnya.
  4. Toilet: Vihara Satya Dharma juga menyediakan fasilitas toilet bagi pengunjung yang membutuhkannya. Toilet yang bersih dan terawat memastikan kenyamanan pengunjung selama berada di vihara.
  5. Area Fotografi: Memiliki bangunan yang indah dengan ornamen-ornamen khas Tionghoa. Pengunjung dapat mengambil foto-foto untuk mengabadikan momen di tempat ini. Namun, perlu diingat untuk menghormati aturan dan tidak mengganggu kegiatan ibadah atau merusak properti vihara.

Meskipun fasilitas yang disediakan tidak terlalu banyak, Vihara Satya Dharma Pelabuhan Benoa tetap memberikan lingkungan yang nyaman dan mendukung bagi para pengunjung untuk beribadah dan mengalami keindahan vihara ini.

Alamat Lengkap Akses Lokasi Rute

Alamat lengkap dan akses lokasi Vihara Satya Dharma adalah sebagai berikut:

Alamat: Vihara Satya Dharma Jalan Raya Pelabuhan Benoa 108 Desa Pedungan, Denpasar Selatan Bali, Indonesia

Rute dari Denpasar:

  • Dari Denpasar, ikuti Jalan Bypass Ngurah Rai menuju arah selatan.
  • Terus ikuti Jalan By Pass Ngurah Rai hingga mencapai pertigaan Pelabuhan Benoa.
  • Ambil jalur menuju Pelabuhan Benoa, dan terus lanjutkan di Jalan Raya Pelabuhan Benoa.
  • Setelah sekitar 5 kilometer, Anda akan menemukan Vihara Satya Dharma di sebelah kanan jalan.

Rute dari Bandara Internasional Ngurah Rai:

  • Dari Bandara Ngurah Rai, ikuti jalan keluar Bandara menuju arah ke selatan.
  • Ambil jalan tol Bali Mandara untuk menuju Pelabuhan Benoa.
  • Setelah keluar dari jalan tol, ikuti petunjuk menuju Pelabuhan Benoa.
  • Terus lanjutkan di Jalan Raya Pelabuhan Benoa, dan setelah sekitar 5 kilometer, Anda akan menemukan Vihara Satya Dharma di sebelah kanan jalan.

Perlu diingat, untuk memastikan rute terbaru dan kondisi lalu lintas, disarankan untuk menggunakan navigasi atau map yang terpercaya.

Tiket Masuk

Menyaksikan kemegahan Vihara Satya Dharma di Pelabuhan Benoa dapat dinikmati secara gratis. Wisatawan dapat mengunjungi vihara ini dan mengagumi keindahan arsitektur serta ornamennya tanpa dikenakan biaya tiket masuk. Namun, sebagai tanda penghormatan, penting bagi pengunjung untuk menjaga keramahan, ketenangan, dan kebersihan saat berada di dalam vihara. Jika ada kegiatan khusus atau perayaan tertentu yang diadakan di vihara, mungkin akan ada biaya atau kontribusi sukarela yang diperlukan. Pastikan untuk memeriksa informasi terkini sebelum mengunjungi Vihara Satya Dharma.

Fungsi

Vihara Satya Dharma di Pelabuhan Benoa memiliki keunikan dengan menjadi tempat ibadah bagi tiga agama yang berbeda dan menunjukkan adanya toleransi antar umat beragama. Akulturasi dengan agama Hindu Bali juga terlihat melalui adanya pelinggih Padmasana dan Tugun Karang di halaman depan bangunan.

Penting bagi wisatawan untuk menghormati aturan dan tradisi di vihara ini dengan mengajukan izin kepada pengurus dan mematuhi larangan pengambilan foto di dalam bangunan serta tidak mengganggu kegiatan ibadah. Meskipun tidak ada biaya masuk, tetaplah menjaga ketenangan dan kesakralan tempat ini selama berada di dalamnya.

Sejarah

Vihara Satya Dharma terletak di ujung utara jalan tol di Pelabuhan Benoa. Pembangunan tempat ibadah ini didanai melalui sumbangan yayasan dan umat di Indonesia, khususnya Bali, serta dari para pelaut yang singgah di Pelabuhan Benoa, seperti dari Jepang, Taiwan, dan Thailand. Proses pembangunan berlangsung selama enam tahun hingga akhirnya diresmikan pada tahun 2012. Upacara peresmian vihara diadakan pada hari Rabu, 22 Agustus 2012, dan dihadiri oleh Wakil Gubernur Bali, AA Ngurah Puspayoga. Kolaborasi dari berbagai pihak tersebut memungkinkan terwujudnya sebagai tempat ibadah yang indah dan berarti bagi umat Tridharma dan para pengunjung yang datang.

Meskipun mayoritas penduduk Bali menganut agama Hindu, tingkat toleransi antar umat beragama di provinsi yang dikenal sebagai Pulau Seribu Pura ini patut diapresiasi. Hal ini sangat terlihat saat perayaan Hari Raya Imlek tahun 2019.

Vihara Satya Dharma yang berlokasi di Jalan Raya Pelabuhan Benoa 108, Desa Pedungan, Denpasar Selatan, selalu dipadati oleh umat yang berdatangan untuk melaksanakan sembahyang. Kebersamaan dan semangat yang terpancar dari setiap individu yang hadir mencerminkan keinginan kuat untuk beribadah dan menghormati yang Maha Kuasa. Suasana di dalam vihara penuh dengan kekhusukan dan keheningan, di mana umat dengan penuh pengabdian mengucapkan doa-doa dan memohon berkah-Nya. Kehadiran umat yang begitu banyak menegaskan betapa pentingnya tempat ibadah ini dalam menjalin ikatan spiritual dan mencari kedamaian batin. Menariknya, beberapa dari mereka bahkan mengenakan pakaian adat Bali, menunjukkan harmonisasi antara budaya Tionghoa dan Bali.

Vihara Satya Dharma terkenal dengan ornamen dan arsitektur khas Tionghoa yang memikat. Desain dan ornamen yang indah ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang ingin mengabadikan momen dengan foto-foto menarik. Tidak heran jika vihara ini sering disebut-sebut sebagai tempat yang sangat instagramable. Di dalam, terdapat pelinggih Tugu Karang dan Padmasana yang berada di halaman pojok depan. Keberadaan ini mencerminkan akulturasi budaya Hindu, Bali, Buddha, dan Tionghoa yang begitu erat di daerah ini.

Menurut pengakuan Darfin, sekitar 20 tahun yang lalu sebelum adanya Vihara Satya Dharma, para nelayan terpaksa melaksanakan sembahyang di sebuah vihara yang terletak di Jalan Palapa, Denpasar, yang jaraknya agak jauh dari Pelabuhan Benoa.

Untuk mempermudah akses, para nelayan mencari lahan kosong di dekat pelabuhan dan meminta izin kepada Pelindo III untuk membangun vihara baru. Permintaan mereka tidak ditolak, sehingga dimulailah proses pembangunan pada tahun 2006.

Pada tanggal 15 Agustus 2012, Vihara Satya Dharma akhirnya diresmikan dengan kehadiran Anak Agung Ngurah Puspayoga, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Gubernur Bali. Vihara ini berdiri dengan megah dan indah di atas lahan seluas 88 are.

Pada pintu masuk Vihara Satya Dharma terdapat tulisan “Vihara Satya Dharma”. Namun, yang menarik perhatian adalah tulisan Tionghoa di atasnya yang berbunyi “bǎo ān gōng” yang artinya “Kuil Penjaga Keamanan”.

Merupakan tempat pemujaan Dewa Ma Cho, yang dipercaya sebagai Dewa Pelindung Laut. Oleh karena itu, tempat ini sering dikunjungi oleh perantau dan pelaut yang singgah di Pelabuhan Benoa.

Selain menjadi tempat ibadah, Vihara Satya Dharma juga menjadi tujuan wisata bagi para pengunjung yang sedang berlibur ke Bali. Untuk menambah daya tariknya, pihak pengelola memutuskan untuk membangun Patung Dewi Kwan In yang memiliki tinggi 18 meter. Patung tersebut menjadi salah satu daya tarik unik dalam kompleks vihara ini.

Larangan Dan Aturan

Ketika berkunjung ke Vihara Satya Dharma di Pelabuhan Benoa, penting untuk mematuhi beberapa larangan dan aturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Mengajukan izin: Sebelum masuk ke vihara, sebaiknya mengajukan izin kepada pengurus atau petugas yang berwenang. Hal ini merupakan tindakan sopan dan menghormati keberadaan tempat ibadah.
  2. Menghormati ketenangan: Selama berada di dalam vihara, penting untuk menjaga ketenangan dan tidak membuat suara berisik yang dapat mengganggu kegiatan ibadah atau meditasi pengunjung lainnya.
  3. Berpakaian sopan: Gunakan pakaian yang sopan dan santun saat berkunjung ke vihara. Hindari mengenakan pakaian yang terlalu terbuka atau mencolok.
  4. Tidak mengganggu kegiatan ibadah: Jaga jarak dengan pengunjung lain yang sedang beribadah atau meditasi. Hindari mengganggu atau menginterupsi mereka dalam melakukan praktik keagamaan.
  5. Tidak mengambil foto di dalam bangunan: Biasanya, pengunjung tidak diizinkan mengambil foto di dalam ruangan vihara. Ini bertujuan untuk menjaga suasana sakral dan privasi pengunjung yang sedang beribadah.
  6. Tidak merokok atau membawa makanan dan minuman: Biasanya, vihara adalah tempat yang suci dan dilarang merokok di dalamnya. Selain itu, sebaiknya tidak membawa makanan atau minuman ke dalam vihara.
  7. Menghormati objek suci dan ornamen: Jangan menyentuh atau merusak objek suci, patung, ornamen, atau dekorasi di dalam vihara. Hargailah keindahan dan keberartian spiritual dari setiap elemen yang ada.
  8. Mengikuti aturan petugas: Patuhi petunjuk dan arahan yang diberikan oleh petugas atau pengurus vihara. Jika ada pertanyaan atau kebingungan, jangan ragu untuk bertanya kepada mereka.

Dengan mematuhi larangan dan aturan ini, kita dapat menghormati tempat ibadah dan menciptakan lingkungan yang tenteram serta menghargai kepercayaan dan praktik keagamaan orang lain.

Keunikan Daya Tarik

Megahnya Vihara Satya Dharma di Benoa
Megahnya Vihara Satya Dharma di Benoa

Salah satu hal yang cukup unik dari Vihara Satya Dharma adalah adanya pelinggih Tugu Karang dan Padmasana yang terletak di halaman pojok depan. Keberadaan ini menunjukkan adanya akulturasi budaya Hindu Bali, Budha, dan Tionghoa di tempat ini. Hal ini mencerminkan toleransi yang tinggi antara umat yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Dengan adanya elemen-elemen ini, Menjadi simbol harmoni dan kerukunan antaragama, di mana budaya dan kepercayaan yang berbeda dapat bersatu secara damai dalam satu tempat ibadah.

Tempat ibadah Vihara Satya Dharma di Benoa merupakan bangunan yang relatif baru, dibangun pada tahun 2006 dan kemudian selesai serta diresmikan pada tanggal 15 Agustus 2012. Perayaan peresmiannya diadakan pada tanggal 22 Oktober, yang dihadiri oleh Anak Agung Ngurah Puspayoga, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Gubernur Bali. Peresmian tersebut merupakan momen penting dalam sejarah, yang menandai kelengkapan pembangunannya dan dimulainya penggunaan tempat ibadah ini oleh umat Budha, Khonghucu, dan Taoisme di Bali.

Vihara Satya Dharma berdiri dengan megah dan indah di atas lahan seluas 82 are. Pada bagian pintu masuknya terdapat sebuah gapura yang khas dengan desain Klenteng. Di atas huruf Latin yang menuliskan “Vihara Satya Dharma,” terdapat tulisan dalam bahasa Tionghoa yang dibaca sebagai “bǎo ān gōng,” yang berarti “Kuil Penjaga Keamanan.” Tempat ibadah ini didedikasikan untuk pemujaan Dewa Ma Cho, yang juga dianggap sebagai Dewa Pelindung Laut.

Spot Foto

Vihara Satya Dharma Pelabuhan Benoa menawarkan beberapa spot foto menarik yang memungkinkan pengunjung untuk mengabadikan momen mereka. Beberapa spot foto yang populer antara lain:

  1. Gerbang Masuk: Gerbang masuk vihara dengan pintu gerbang yang indah dan tulisan “Vihara Satya Dharma” di atasnya adalah spot foto yang menarik. Pengunjung dapat berdiri di depan gerbang dan mengambil foto sebagai kenang-kenangan.
  2. Atrium Taman: Memiliki taman dengan ornamen-ornamen Tionghoa yang menawan. Pengunjung dapat berpose di tengah-tengah atrium taman dengan latar belakang patung-patung atau bangunan vihara yang cantik.
  3. Ruangan Peribadatan: Meskipun pengambilan foto di dalam ruangan peribadatan dilarang, pengunjung dapat mengambil foto di depan pintu masuk ruangan peribadatan. Pintu masuk yang dihiasi dengan ukiran-ukiran dan ornamen-ornamen Tionghoa akan memberikan latar yang menarik untuk foto.
  4. Pintu Air: Terletak di dekat Pelabuhan Benoa, yang merupakan pelabuhan untuk perjalanan laut. Terdapat pintu air di sekitar vihara yang dapat dijadikan latar belakang foto. Pengunjung dapat berfoto dengan pintu air sebagai elemen yang menarik dan menggambarkan lokasi vihara.

Pastikan saat mengambil foto, menghormati aturan dan tidak mengganggu kegiatan ibadah atau merusak properti vihara. Selalu memperhatikan tanda-tanda dan petunjuk yang diberikan oleh pengelola vihara terkait area yang boleh atau tidak boleh untuk pengambilan foto.

Aktivitas

Vihara Satya Dharma adalah tempat ibadah Tridharma yang terletak di Pelabuhan Benoa, Bali. Meskipun disebut “vihara”, tempat ibadah ini sebenarnya melayani tiga agama (Tridharma), yaitu Buddha, Taoisme, dan Khonghucu, sebagaimana dicatat dalam prasasti peresmiannya. Selain itu, seperti klenteng dan vihara lainnya di Bali, tempat ibadah ini juga menunjukkan akulturasi dengan agama Hindu Bali melalui kehadiran pelinggih Padmasana dan Tugun Karang di sudut halaman depan.

Dalam Vihara Satya Dharma, Dewata (Singbing) yang utama dipuja adalah Nezha. Nezha dihormati dan diberikan pengabdian sebagai dewa pelindung di tempat ibadah ini. Kehadiran Nezha sebagai dewa utama mencerminkan pengaruh agama dan kepercayaan Tionghoa dalam praktik ibadah. Pengunjung dan jemaat menyampaikan doa dan penghormatan kepada Nezha dengan harapan akan mendapatkan perlindungan, keberuntungan, dan kesejahteraan dalam kehidupan mereka.

.Selain itu, klenteng ini juga memiliki altar yang didedikasikan untuk Singbing yang terkait dengan keselamatan perjalanan, pelayaran, dan perdagangan. Tempat ibadah ini diharapkan akan menjadi tempat beribadah bagi para pelaut dari berbagai negara yang sering singgah di Pelabuhan Benoa, karena sebelumnya daerah ini tidak memiliki klenteng. Selain itu, tempat ibadah ini juga diharapkan dapat menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke sana.

Menjadi tempat peribadatan yang penting bagi para perantau dan pelaut yang sering singgah di Pelabuhan Benoa. Tempat ini dianggap sebagai tempat suci untuk memohon perlindungan dan keselamatan dalam pekerjaan mereka. Dengan demikian, Memiliki peran penting dalam melayani spiritualitas dan kebutuhan rohani para perantau dan pelaut yang mengunjungi daerah tersebut.

Jika Anda ingin merasakan suasana spiritual di kawasan klenteng atau wihara ini, Anda dapat mengunjunginya saat perayaan Tahun Baru Imlek. Pada saat tersebut, pertunjukan Barongsai dan Naga Langit akan digelar di sini, menciptakan suasana yang meriah dan penuh semangat. Selain itu, untuk menikmati keindahan Vihara Satya Dharma, disarankan untuk datang pada malam hari. Pada malam hari, bangunan wihara akan diterangi oleh lampu-lampu yang dipasang dengan indah di klenteng, menciptakan suasana yang meriah dan mempesona. Umat sering datang ke tempat ini untuk beribadah, baik pada hari-hari biasa maupun saat perayaan khusus seperti hari purnama (bulan penuh) dan tilem (bulan mati).

Memiliki dominasi warna merah yang khas dengan nuansa China. Selain sebagai tempat ibadah, Vihara Satya Dharma juga menjadi tujuan wisata religi bagi wisatawan yang sedang berlibur ke Bali. Keberadaannya sebagai objek wisata religi ini diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Terlebih lagi, lokasinya sangat mudah diakses baik dari Denpasar maupun dari Tol Bali Mandara.

Vihara Satya Dharma Pelabuhan Benoa merupakan hasil pembangunan yang melibatkan swadaya masyarakat. Inisiatif pembangunan dimulai pada tahun 2006 oleh umat Konghucu di Bali, yang mayoritas adalah warga keturunan Tionghoa. Masyarakat Konghucu Bali memulai proyek ini dengan dukungan dana sumbangan yang datang dari berbagai pihak.

Selain umat Konghucu Bali, sumbangan dana juga diperoleh dari umat Konghucu di berbagai kota di Indonesia. Selain itu, para pelaut asing yang singgah di Pelabuhan Benoa, terutama pelaut dari Taiwan, Jepang, dan Thailand, juga memberikan sumbangan yang berkontribusi pada pembangunan vihara.

Proses pembangunan Vihara Satya Dharma Pelabuhan Benoa memakan waktu yang cukup lama, yakni sekitar 6 tahun. Pada tanggal 22 Agustus 2012, tempat ibadah ini resmi diresmikan dengan kehadiran langsung dari Wakil Gubernur Bali, AA Ngurah Puspayoga. Proses pembangunan yang melibatkan swadaya masyarakat ini merupakan bukti komitmen dan partisipasi aktif dari umat Konghucu dan berbagai pihak untuk mewujudkan tempat ibadah yang penting bagi komunitas Konghucu Bali.

FAQ

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan (FAQ) mengenai Vihara Satya Dharma Pelabuhan Benoa:

  1. Apa alamat lengkap Vihara Satya Dharma Pelabuhan Benoa? Alamat lengkapnya adalah Jalan Raya Pelabuhan Benoa 108, Desa Pedungan, Denpasar Selatan, Bali.
  2. Apa jam operasional Vihara Satya Dharma? Biasanya buka setiap hari dari pagi hingga sore. Namun, jam operasional pastinya dapat berbeda-beda, jadi disarankan untuk menghubungi pengelola vihara untuk informasi lebih lanjut.
  3. Apakah ada biaya masuk ? Tidak, tidak ada biaya masuk untuk mengunjungi Vihara Satya Dharma. Tempat ini dapat dikunjungi secara gratis.
  4. Apakah ada dress code yang harus diikuti saat mengunjungi vihara? Meskipun tidak ada dress code yang ketat, disarankan untuk mengenakan pakaian yang sopan dan menghormati tempat ibadah. Hindari pakaian yang terlalu terbuka atau mencolok.
  5. Apakah pengunjung dapat mengambil foto di dalam vihara? Pengambilan foto di dalam ruangan peribadatan vihara biasanya dilarang. Namun, pengunjung dapat mengambil foto di area luar bangunan dan spot-spot foto yang disediakan.
  6. Apakah ada panduan atau tur yang tersedia? Tidak ada panduan atau tur resmi di Vihara Satya Dharma. Namun, pengunjung dapat mengajukan pertanyaan kepada pengelola vihara atau meminta bantuan jika diperlukan.
  7. Apakah ada tempat parkir? Ya, terdapat area parkir yang tersedia di sekitar Vihara Satya Dharma untuk pengunjung yang datang dengan kendaraan pribadi.

Penting untuk dicatat bahwa informasi di atas dapat berubah seiring waktu, jadi disarankan untuk menghubungi pengelola vihara atau mencari informasi terbaru sebelum mengunjungi Vihara Satya Dharma Pelabuhan Benoa.

Review Video

Follow Tiketmasuk.com Info Wisata Terbaru di Google News

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *